Sabtu, 30 Juli 2011

SECANGKIR KOPI RASA MOCCA

Hari ini saya kembali dibangunkan dengan secangkir kopi rasa mocca buatan ibu. Sudah dua hari ini, ibu menyuguhkan secangkir kopi itu ke saya. Kalau kemarin, karena saya pulang sudah malam setelah silaturahim ke klien Khansa.
Sedangkan hari ini, saya kelelahan karena begadang. Saya tak pernah meminta ibu untuk melakukan semua itu, tapi ibu tak pernah berhenti melakukan semua itu. Tidak hanya pada saya, tapi juga kepada kedua saudara saya, pun kakak ipar saya.
Perhatian ibu begitu besar. Sebesar cintanya dan sayangnya. Entah samudra yang mana yang sanggup menampung miliaran cintanya itu.
Akhirnya, menjelang siang saya tertidur, ibu membangunkan saya sambil mengingatkan ada pekerjaan yang harus saya kerjakan. Fiyuh, lelah. Segelas teh hangat kemudian terhidang di dekat meja tulis saya. Ibu… lagi…lagi…
Saya nikmati secangkir teh hangat itu tidak dengan menyambi di depan komputer, tapi saya menyingkir sesaat dari ruang kerja saya menuju kursi panjang di ruang tamu rumah saya yang sederhana. Nikmat, hangat… sehangat cinta yang ibu berikan.

Kembali memulai pekerjaan. Ibu menghampiri, menaruh sebuah jeruk di atas meja tulis, dia hanya berkata, ”Nanti gelasnya ganti” sambil menunjuk gelas yang berisi air putih yang masih berisi setengah.
Jarang sekali terucap, kata cinta atau sayang darinya… tapi, seringkali tidakan-tindakan ibu yang sederhana membuat diri saya malu dan berpikir. Cinta tak perlu dikatakan karena bisa hanya sampai di bibir. Cinta itu ibu ungkapkan dengan kasih dan sayangnya kepada kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar